Posted by : Unknown
Desember 18, 2013
Ampun bu, jangan marahin aku... |
“Nggak
Gar, kamu pasti bisa melalui semua ini dengan sangat baik. Ibu yakin itu.”
Tiada
balasan dari Tegar. Dia merenungi perkataan ibunya.
“Tegar,
kamu masih di sana?”
“Ya
bu, aku masih di sini kok. Emang kenapa?”
“Kok
nggak ada suaranya?”
“Aku
lagi merenungi nasibku kini Bu…”
“Apa
lagi yang harus direnungi? Bukannya jalan hidupmu kini sudah jelas? Tinggal
kamu siapkan 15 juz itu dengan sebaik-baiknya, maka ijazah akan bisa kamu ambil
dan langsung masuk universitas terbaik yang kamu inginkan. Bukannya kamu mau
kuliah di Jepang?”
“Ya
Bu, kalau jadi.”
“Ya
harus jadi lah, emang apa lagi masalahnya?”
“Aku
nggak yakin Bu… Benar-benar nggak yakin aku bisa menyetorkan 15 juz dengan lancar!”
Tegar mulai meninggikan suaranya. Rasa depresi yang telah sekian lama menumpuk
di pikirannya, kini muncrat seluruhnya melalui perkataannya.
“Pokoknya
harus bisa! Ibu nggak mau dengar alasan apapun lagi. Masa depanmu kini kamu
yang menentukan. Entah apa kamu nanti akan menjadi orang yang sukses ataupun
orang yang gelandangan. Itu terserah kamu, Nak. Kamu yang menentukan.”
“Sorry
Bu, maksud Tegar…” Sambungan terputus.
Tegar menjauhkan hape itu dari telinganya. Perlahan-lahan. Dia
bimbang. Kini, Tegar sadar, masa depannya hanya dia yang bisa menentukannya.
1 Comments
{ 1 komentar... read them below or add one }
...BACA DULU...
Kalau mau komen tapi nggak punya akun gmail, pilih Name/URL lalu masukkan URL-mu di fb atau twitter. Contoh: twitter.com/maudyayunda atau fb.com/YUI.international (jangan pake akunnya orang lain...)
Kalau komentar pake Anonymous, PASTI dihapus.
Untuk mendapatkan pemberitahuan komentar, beri centang pada tulisan Beri Tahu Saya di pojok kanan bawah form komentar.
Artikel Tentang "Meraih Quran" keren sob
BalasHapus