Posted by : Unknown Desember 20, 2013

“Ayo tendang bolanya!”
“Sundul, Gan! Sundul!”
“Woi, jangan sampe jatuh, tuh!”
Lingkaran setan dimulai. Begitulah kami menyebutnya. Sebuah istilah yang kedengarannya aneh untuk sekumpulan orang yang melingkar dan berjuggling ria – di dalam kamar. Mereka berempat tersenyum, tertawa, berbahagia bersama merayakan atmosfer euforia “lingkaran setan” yang menyenangkan.
Kenapa kami menyebutnya lingkaran setan? Tanyakan sendiri pada lampu, piring, gelas, kaca, cermin, kaca jam yang menjadi victim “ritual” ini.

 ***
“Mad, kamu nggak persiapan ngapal[1] untuk besok?” tanya Rio sambil tetap menjuggling bolanya.
“Nggak ah, besok pagi aja ngapalnya,” jawab Ahmad datar sambil menerima operan bola dari Rio.
“Buset dah! Besok kamu dah masuk juz 7 lo! Emang kamu siap?” Rio bertanya dengan heran.
“Udah ah, santai aja! Besok pagi tak siapin. Nggak usah banyak-banyak lah. Seperempat juz aja dah cukup,” jawab Ahmad sambil mengontrol bolanya ditampar-tampar kaki kanan-kirinya.
Dalam hati, Rio kagum juga pada friendnya ini. Gimana nggak kagum coba? Si Ahmad ini kan biasanya habis Subuh tidur di masjid sampe ustadznya datang dan nggak nyiapin hapalan sama sekali. Nggak nyiapin hapalan bro! Eh, nggak taunya pas ustadz datang, dia udah setoran seperempat juz aja padahal yang lainnya ngoyonyiapin hapalan dari sehari sebelumnya dan paling banter juga Cuma sampe selembar aja! Bujur buset, dah...
Itulah kisah tentang Ahmad yang sangat jenius sekali ngapalnya. Tanpa persiapan pun, dia sudah siap setoran seperempat juz – sesuatu yang sangat mustal bagi kami semua, teman-temannya. Makanya, nggak gumun dah kalau dia bisa bersantai-santai seperti ini kayak nggak ada beban sama sekali.
Sementara Hasan, di saat yang lainnya keasyikan jugglingan di kamar, dia dengan susah payahnya mengulang-ulang satu ayat yang belum hapal-hapal jua padahal sudah sejam, dan ketika mendengar sorak-sorai kawan-kawannya di kamar – pas sudah berhasil memecahkan satu lampu lagi, Hasan ha nya bisa menangis.
“Aku berbeda dengan mereka semua...”
 ***
10 tahun sudah berlalu. 10 tahun lamanya setelah kelulusan mereka, angkatan 99 ma’had[2] itu. Dulu, pas ujian akhir tahfidz, Ahmad lulus dengan sangat gampang dan mendapat cum laude sedangkan Hasan, seminggu dia habiskan untuk ujian tahfidz – 5 hari lebih lama daripada waktu normal.
Lalu, bagaimana kehidupan mereka sekarang?
Hari ini, hari Minggu, tepat 3652 hari setelah kelulusan mereka. Mereka semua dah janji pada hari ini mereka tasmi’an[3], menguji kembali apakah hapalan 30 juz mereka masih lancar. Semua anak yang sudah mencoba, rata-rata salah 5 kali di setiap juz. Standar lah. Ketika sampai pada giliran Ahmad, mereka semua terkejut karena Ahmad hanya salah sekali tiap juz. Amazing. Semua tercengang.
Sekarang, gilirannya Si Hasan. Ternyata di luar dugaan. Hasan yang dulunya anak yang paling susah ngapalnya, sekarang justru yang paling lancar, 30 juz tanpa salah! Semua temannya bertanya kepadanya, “Kok bisa gitu Lo?” Hasan hanya tersenyum seraya berkata, “Aku... selama 10 tahun ‘hanya’ fokus ke tahfidz, berbeda dengan kalian yang udah pada lancar sehingga tidak memikirkannya...”
Pandangan terhadap Hasan sekarang pun berubah.
Takjub.


[1] Menghapal Al-Quran
[2] Pondok pesantren
[3] Membaca 30 juz tanpa melihat Al-Quran

Comments
1 Comments

{ 1 komentar... read them below or add one }

...BACA DULU...

Kalau mau komen tapi nggak punya akun gmail, pilih Name/URL lalu masukkan URL-mu di fb atau twitter. Contoh: twitter.com/maudyayunda atau fb.com/YUI.international (jangan pake akunnya orang lain...)

Kalau komentar pake Anonymous, PASTI dihapus.

Untuk mendapatkan pemberitahuan komentar, beri centang pada tulisan Beri Tahu Saya di pojok kanan bawah form komentar.

- Copyright © 2013 Bopung Warnet - Gumi - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -